Senin

Pantulan Energi Allah Ta’ala


Saat saya melihat dan mendengar bahwa kompetitor bisnis saya mengalami kondisi yang sulit, dan tampak bisnisnya sudah mulai meredup, saya tertegun sejenak dan mencoba mengerti dan memahami, kenapa bisa terjadi demikian. Pada beberapa tahun ini bisnisnya tumbuh sangat bagus, asetnya tumbuh begitu pesat dan saya yakin pertumbuhan cash-in nya pasti juga bagus karena tampak banyak penjualan produknya yang dibeli pasar. Namun kenapa tiba-tiba bisnisnya terlihat jatuh tak berdaya?

Bisnis adalah sebuah perjalanan, ada saatnya perjalanan itu indah dan menyenangkan, namun terkadang juga perjalanan itu melelahkan dan membuat kita tidak bisa menikmati perjalanannya. Namun, tentu saja apapun kondisi perjalanan tersebut tetap bisa sampai pada tujuan.

Kondisi teman saya yang sedang meredup itu membawa saya untuk menemuinya, bersilaturahmi karena sebelumnya dia adalah sahabat saya di satu perusahaan dengan saya. Tidaklah penting bagaimana ceritanya, namun yang lebih penting adalah kenapa saya ingin menemuinya.

Satu keinginan saya ingin menemuinya adalah keinginan besar saya untuk bisa MENDOAKAN teman saya dan bisnisnya agar bisa kembali bangkit dan kembali berjaya. 

Akhir cerita, saya menemuinya lalu kami bercengkerama layaknya sahabat lama yang lama tak bersua, karena memang demikian adanya. Saya tidak menanyakan hal-hal terkait bisnis, yang kami obrolkan tentang kisah lama perjalanan hidup kami, dan tak satupun terkait bisnis. Selepas pertemuan tersebut, saya mengunjungi kantornya yang tak jauh dari kantor saya, lalu saya lihat dari jauh kemegahan kantornya, dan lalu saya berkata dalam hati "tak seharusnya bisnis mereka redup, pasti Allah sedang mengujinya" begitu batin saya berkata. Sejenak kemudian saya duduk di depan kantornya dan memandang sekilas kantor sahabat saya ini dan lalu saya MENDOAKAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH. 

"Ya Allah, Engkau muliakan siapapun yang Engkau ingin muliakan, dan Engkau jatuhkan siapapun yang Engkau ingin jatuhkan. Ya Allah, ampuni setiap kesalahan teman hamba ini, sebesar dan seberat apapun, dan kembalikan kebahagiaan dan kejayaan usaha, bahkan kejayaan yang lebih baik dari sebelumnya, kejayaan yang Engkau berkahi dan Engkau ridai. Aamiin."

Begitu bunyi doa saya sepanjang malam di tempat yang sama selama 7 malam berturut-turut. Dan sungguh luar biasa, tak berapa lama bisnis teman saya ini kembali menemukan kejayaannya. Dan, setelah benar-benar jaya teman saya datang mengunjungi saya dan berkata, "Sejak kamu datang ke tempatku, seolah-olah aku punya semangat lagi untuk membangun usahaku lagi. Awalnya aku kira engkau mau mengejek dan menghinaku, tapi ternyata tidak demikian, bahkan engkau yang membuatku memiliki impianku lagi yang ku kira telah hilang. Terima kasih sahabat."

Hanya berdoa secara konsisten dan tanpa keinginan apapun waktu itu, hanya ingin berdoa agar sahabatku yang juga kompetitorku ini bisa maju dan jaya kembali bisnisnya, selebihnya tak ada. Dan alhamdulillah, ternyata doa yang ku panjatkan dengan penuh kesadaran dan ketulusan itu berbuah, entah bagaimana caranya, yang saya tahu bisnis teman saya tumbuh pesat. Namun yang saya rasakan lebih takjub lagi, bisnis saya yang menjadi kompetitornya juga tumbuh lebih pesat lagi, sampai melampaui harapan kami. 

Jadi, saya menyadari bahwa saat itu saya tidak sedang mendoakan usaha teman saya (saja), namun sebenarnya saya sedang mendoakan usaha saya melalui usaha teman saya, dan begitulah cara hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala memantulkan energi.


Salam,

@apriliado

Repost - 2016 | N/A

Rabu

Mlaku Mbungkuk

Anak-anak menunduk jika lewat di depan orang yang lebih tua di akhir abad ke-19

Mlaku mbungkuk disini maksudnya adalah berjalan membungkuk saat lewat di depan orang yang lebih tua. Perilaku orang Jawa seperti ini sudah ada sejak dahulu. Bertujuan untuk mengajarkan tata krama dan sopan santun kepada anak, agar menghormati orang yang lebih tua. Posisi yang dimaksudkan dengan mlaku mbungkuk, yaitu membungkukkan badan ke bawah, kemudian meletakkan satu tangan di belakang (tepat di atas pinggang), kemudian tangan yang satunya diluruskan ke bawah agak ke depan. Biasanya orang yang jalan membungkuk sambil berkata “nuwun sewu, nderek langkung." Saat berjalan dengan membungkukkan badan seperti ini, haruslah berjalan pelan-pelan, bukan malah berlari. Hal seperti itu adalah cara orang Jawa yang lebih muda dalam menghormati orang yang lebih tua, apabila hendak lewat di depannya. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar orang berjalan membungkuk ini. 

“Dalam interaksi sehari-hari di masyarakat Jawa, orang lebih muda akan selalu membungkukkan badannya ketika sedang berjalan di depan orang yang lebih tua. Etika ini bila dilihat sepintas akan terlihat sangat sepele, namun sebenarnya etika ini menggambarkan sikap tunduk atau hormat antara orang muda terhadap orang yang lebih tua. Selain itu, sikap membungkukkan badan juga menandakan bahwa orang ini menghargai dan menempatkan posisinya. (Zairul Haq, 2011:24) 

Sayangnya, anak-anak muda di Jawa zaman sekarang mulai pudar sopan santun dan tata kramanya. Sehingga membuat mereka merasa tidak perlu lagi melakukan hal-hal yang diajarkan orang tuanya sejak kecil. Di saat seperti sekarang ini, banyak anak kecil atau orang yang lebih muda, berjalan seenaknya saat lewat di depan orang yang lebih tua. Mereka merasa tidak malu atau dalam bahasa Jawa ora pekewuh. Akibat pengaruh budaya luar, akan membuat tata krama dan perilaku anak muda di Jawa menjadi berubah. 

Maka dari itu, kita harus pandai-pandai memilih kebudayaan yang masuk, dengan meniru hal baik dan membuang hal yang sekiranya tidak pantas dilakukan orang Jawa. Agar sopan santun atau etika orang Jawa tidak hilang dengan begitu saja. 


Sumber: 
Zairul Haq (Mutiara Hidup Manusia Jawa)