Senin

Sebuah Pilihan: Ujian Masa Kini


Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua jalur kereta api (KA). Jalur yang pertama adalah jalur aktif (masih sering dilewati KA), sementara jalur kedua sudah tidak aktif. Hanya seorang anak yang bermain di jalur yang tidak aktif (tidak pernah lagi dilewati KA), sementara lainnya bermain di jalur KA yang masih aktif.

Tiba-tiba terlihat ada kereta api yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Pada saat itu, Anda berada di depan panel persimpangan yang mengatur arah KA tersebut. Apakah Anda akan memindahkan arah KA tersebut ke jalur yang sudah tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yang sedang bermain? Namun hal ini berarti Anda mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yang tidak aktif. Atau Anda akan membiarkan kereta tersebut tetap berada di jalur yang seharusnya?

Mari berhenti sejenak dan berpikir keputusan apa yang sebaiknya kita ambil. Pikirkan baik-baik jawaban Anda dan setelah yakin dengan jawaban Anda, baru teruskan membaca ke bawah.

@apriliado

Sebagian besar orang akan memilih untuk memindahkan arah kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak. Anda mungkin memiliki pilihan yang sama karena dengan menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seorang anak. Ini adalah sebuah keputusan yang rasional dan dapat disahkan baik secara moral maupun emosional. Namun, sadarkah Anda bahwa anak yang memilih untuk bermain di jalur KA yang sudah tidak aktif berada di pihak yang benar karena telah memilih untuk bermain di tempat yang aman. Disamping itu, dia harus dikorbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang bermain di tempat berbahaya.

Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari. Di kantor, di masyarakat, di dunia politik dan terutama dalam kehidupan demokrasi, pihak minoritas harus dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut. Nyawa seorang anak yang memilih untuk tidak bermain bersama teman-temannya di jalur KA yang berbahaya telah dikesampingkan. Dan bahkan mungkin kita tidak akan menyesalkan kejadian tersebut.

Seorang teman yang mem-forward cerita ini berpendapat bahwa dia tidak akan mengubah arah laju kereta karena dia percaya anak-anak yang bermain di jalur KA yang masih aktif sangat sadar bahwa jalur tersebut masih aktif. Akibatnya mereka akan segera lari ketika mendengar suara kereta mendekat. Jika arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka seorang anak yang sedang bermain di jalur tersebut pasti akan tewas karena dia tidak pernah berpikir bahwa kereta akan menuju jalur tersebut.

Disamping itu, alasan sebuah jalur KA dinonaktifkan kemungkinan karena jalur tersebut sudah tidak aman. Bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka kita telah membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam kereta dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak dengan mengorbankan seorang anak, akan mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut.

Kita harus sadar bahwa hidup ini penuh dengan keputusan sulit yang harus dibuat dan mungkin kita tidak akan menyadari bahwa sebuah keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar. Satu lagi yang perlu diingat, dalam masyarakat kita sekarang ini sesuatu yang benar tidak selalu disukai dan sesuatu yang disukai tidak selalu benar.

Salam

Sabtu

#AkuBukanJoko



Dari Twit Fahri Hamzah (Jumat malam, 28/11/2014):
 

1. Boarding #Banjarmasin..from #Yogyakarta

2. Landing banjar by LION

3. Aku ini blusukan naik klas ekonomi juga dan hanya masuk twiter...gak masuk TV dan koran...#AkuBukanJoko

4. Kalau punya pesawat dinas aku akan taruh wartawan di belakang semuanya...#AkuBukanJoko

5. Maka hidupku akan jadi cerita rakyat...heboh deh gue...#AkuBukanJoko

6. Tadi di pesawat aku nomor sepuluh...ngantri keluar dan berdesak di bus...#AkuBukanJoko

7. Harusnya kan itu juga jadi cerita ya...orang hanya tersenyum..."sendirian pak?"..#AkuBukanJoko

8. Lalu turun dan diajak pergi makan bebek...haha..harusnya menarik ya..#AkuBukanJoko

9. Ah...jangan ikut2an sinting lah...#AkuBukanJoko

10. Memanjakan diri dengan rekayasa citra ujungnya jadi bencana...#AkuBukanJoko

11. Bencana bagi diri sendiri dan bencana bagi rakyat banyak...#AkuBukanJoko

12. Kalau popularitas kita tinggi.. Lalu elektabilitas tinggi.. Apa harus jadi presiden? #AkuBukanJoko

13. Bagaimana nanti kalau kapasitas kita ternyata tidak terbukti? #AkuBukanJoko

14. Popularitas pada akhir ya palsu menipu...#AkuBukanJoko

15. Yang asli adalah kapasitas dan penyelesaian masalah..#AkuBukanJoko

16. Pada awalnya dan untuk sementara rakyat terpukau dengan popularitas #AkuBukanJoko

17. Tapi kalau tidak ada solusi dan penyelesaian masalah maka makian akan datang..#AkuBukanJoko

18. Itu yang mengerikan dari permainan demokrasi: karena wibawa pemimpin seperti harga saham. #AkuBukanJoko

19. Wibawa pemerintah diperlakukan seperti perjudian...#AkuBukanJoko

20. Tapi tentu ada yang asli dan ada yang palsu...#AkuBukanJoko

21. Sepertinya aku merasa bahwa akan ada masanya keaslian bertahan...#AkuBukanJoko

22. Pemimpin hanya perlu menjaga agar topengnya jangan kebanyakan...#AkuBukanJoko

23. Maksudnya.. Kita harus tahu batas... Orang yg mengerti batasnya akan selamat... #AkuBukanJoko

24. Kalau kita orang lapangan beneran yang streetsmart maka kita bisa sejak awal mengimajinasi masalah #AkuBukanJoko

25. Maka jabatan tidak perlu dikejar...apalagi dengan alasan "rakyat yg minta". #AkuBukanJoko

26. Rakyat tidak minta kita menjabat tapi rakyat minta kita selesaikan masalah mereka. #AkuBukanJoko

27. Jangan waktu mau jabatan bilang "rakyat yg minta" waktu menjabat bilang "rakyat boros subsidi". #AkuBukanJoko

28. Ini bukan provokasi.. Ini soal publik dan pemimpinnya.. #AkuBukanJoko

29. Demokrasi kita tentu akan semakin matang.. Demokrasi kita akan menjadi harapan..#AkuBukanJoko

30. Suka atau tidak hari ini demokrasi kita masih banyak tipuan...#AkuBukanJoko

31. Selamat malam Borneo.... Aku datang untukmu... #AkuBukanJoko

Rabu

Ultah ke-63, Tim CRW Kopassus Pecahkan Rekor





Dalam perjalanan selama 63 tahun Kopassus telah mengukir sejumlah prestasi. Yang terbaru adalah tim terjun payung Kopassus memecahkan rekor Canopy Relative Work (CRW) kerjasama di udara formasi 18 susun tegak pada 14 April 2015 yang dipimpin oleh Lettu Inf Petrus Paramayudho Prabowo, yang tergabung dalam Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat (PTPAD).

Demikian amanat Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo pada upacara memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-63 Korps Baret Merah yang dilaksanakan secara sederhana dengan tidak mengurangi arti dan makna peringatan, Kamis (16/4/2015) di lapangan upacara Makopassus Jakarta Timur.

Selanjutnya, upacara dilaksanakan secara terpisah dengan acara syukuran pada Rabu (29/4/2015) mendatang, karena pada saat bersamaan sedang berlangsung peringatan Konferensi Asia Afrika yang juga membutuhkan keterlibatan Kopassus, khususnya di bidang pengamanan.

Peringatan HUT ke-63 Korps Baret Merah pada tahun ini sedikit berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Yaitu mengumpulkan kembali para keluarga besar Korps Baret Merah sesuai dengan tema yang diusung “Silaturahmi Korps Baret Merah dalam rangka mengoptimalkan nilai-nilai kejuangan”.

“Kopassus tidak mungkin ada hari ini tanpa adanya dukungan dan semangat juang yang telah dilakukan oleh para pendahulunya,” kata Danjen Kopassus.

Sebelum mengakhiri amanatnya Danjen Kopassus menekankan untuk meningkatkan kualitas profesionalisme dan kualitas pengabdian untuk bangsa dan negara demi tegak dan kokohnya TNI sebagai tulang punggung negara. Civis pacem para bellum, bila ingin damai harus siap perang, oleh karenanya berlatihlah setiap saat tanpa henti dalam keadaan apapun dan bagaimanapun serta siap memenuhi panggilan ibu pertiwi. @sita


Autentikasi
Mayor Inf Achmad Munir 





Source: http://www.lensaindonesia.com/2015/04/17/ultah-ke-63-tim-crw-kopassus-pecahkan-rekor.html

Sudut Pandang "GEJE" Menteri Keuangan RI





Nggak habis pikir saya baca berita ini. Menteri Keuangan kok bicara pelemahan mata uang negaranya sendiri pake sudut pandang pedagang valas?

"Dolar Tembus Rp13.000 Bikin Pemerintah Untung, Ini Sebabnya"
(Detikcom: http://finance.detik.com/read/2015/03/10/144756/2854575/4/dolar-tembus-rp-13000-bikin-pemerintah-untung-ini-sebabnya)

 

Bambang menyebut pemerintah justru untung dari setiap pelemahan rupiah. Setiap pelemahan rupiah Rp100/US$ bisa menyebabkan surplus anggaran negara sebesar Rp2,3 triliun.

"Kita alami surplus Rp2,3 triliun setiap pelemahan kurs Rp100/US$. Tapi jangan dibilang pemerintah cari untung," ujarnya.


Setiap kali rupiah melemah, lanjut Bambang, maka penerimaan negara dari migas atau pertambangan yang dalam bentuk dolar AS akan naik ketika dikonversikan ke rupiah.

Hancur benar kita dengan cara pandang seperti ini.


Seberapa pun Dollar yang kita terima sebagai buah usaha Negara, itu tidak serta merta menjadi surplus jika dirupiahkan. Mengapa?


Sederhana jawabannya: karena duit jenis ini tidak bisa dikonversi. Duit itu tetap akan disebut Dollar. Bukan Rupiah. Dan nilainya tetap sama, tidak mengalami perubahan sepeser pun. Bingung?


Begini. Pemerintah adalah "bendahara" dari semua uang yang dimiliki Negara. Baik itu dalam bentuk Rupiah, Dollar, Ringgit, Riyal, Yen, Euro, Poundsterling, dll... Termasuk di dalamnya semua uang yang dipegang rakyat dan perusahaan swasta dalam negeri.


Jika Pemerintah menerima buah usaha dalam bentuk Dollar, ambil contoh menerima 100 juta Dollar bersih, maka nilai itu tetap harus disebut 100 juta Dollar, bukan 100 juta dikalikan nilai kurs saat itu. Salah kalau di-rupiah-kan. Mengapa?


Kalau tahun lalu kurs (misalnya) 11 ribu rupiah per 1 Dollar, lalu tahun ini menjadi 12 ribu, maka duit 100 juta Dollar tahun lalu bernilai 1,1 Trilyun dan duit 100 juta Dollar tahun ini bernilai 1,2 Trilyun. Ada selisih 100 juta rupiah... Ya, ada selisih 100 JUTA RUPIAH. Duit selisih ini dari mana??? Sekonyong-konyong turun dari langit??? Enggak!!! Itu duit dari kantong sebelah! Dari kantong sendiri. Alias, itu hanya sekedar perhitungan bahwa ada selisih nilai sebesar 100 juta rupiah. Duitnya sendiri sebenarnya tidak ada.


Jadi, kuncinya adalah: Kalau berdiri sebagai Negara, kita tidak bisa menganggap ada untung atas penerimaan dalam bentuk Dollar (dan mata uang asing lainnya), jika uang tersebut dikonversi ke mata uang kita. Karena, fisik uang rupiah dalam sistem keuangan Negara tidak bertambah sama sekali.


Kecuali kalau kita berdiri sebagai pemain valuta asing. Setiap selisih naik adalah surplus. Kalau sebagai Negara, setiap selisih bukanlah surplus.


Beda halnya kalau Negara mengikat transaksinya dengan pihak asing dalam bentuk Rupiah. Setiap ada penerimaan (dari luar), berarti uang Negara bertambah banyak. Jika pihak asing kesulitan mendapatkan fisik rupiah, Negara bisa mencetaknya. Kalau dalam bentuk Dollar, itu harus tetap dipandang sebagai Dollar. Tidak bisa serta merta langsung di konversi ke dalam Rupiah. Lalu, kita menganggap ada surplus hanya karena adanya selisih kurs. Besok-besok Dollar melemah, gigit jari kite.



~ Canny Watae