Senin

Pantulan Energi Allah Ta’ala


Saat saya melihat dan mendengar bahwa kompetitor bisnis saya mengalami kondisi yang sulit, dan tampak bisnisnya sudah mulai meredup, saya tertegun sejenak dan mencoba mengerti dan memahami, kenapa bisa terjadi demikian. Pada beberapa tahun ini bisnisnya tumbuh sangat bagus, asetnya tumbuh begitu pesat dan saya yakin pertumbuhan cash-in nya pasti juga bagus karena tampak banyak penjualan produknya yang dibeli pasar. Namun kenapa tiba-tiba bisnisnya terlihat jatuh tak berdaya?

Bisnis adalah sebuah perjalanan, ada saatnya perjalanan itu indah dan menyenangkan, namun terkadang juga perjalanan itu melelahkan dan membuat kita tidak bisa menikmati perjalanannya. Namun, tentu saja apapun kondisi perjalanan tersebut tetap bisa sampai pada tujuan.

Kondisi teman saya yang sedang meredup itu membawa saya untuk menemuinya, bersilaturahmi karena sebelumnya dia adalah sahabat saya di satu perusahaan dengan saya. Tidaklah penting bagaimana ceritanya, namun yang lebih penting adalah kenapa saya ingin menemuinya.

Satu keinginan saya ingin menemuinya adalah keinginan besar saya untuk bisa MENDOAKAN teman saya dan bisnisnya agar bisa kembali bangkit dan kembali berjaya. 

Akhir cerita, saya menemuinya lalu kami bercengkerama layaknya sahabat lama yang lama tak bersua, karena memang demikian adanya. Saya tidak menanyakan hal-hal terkait bisnis, yang kami obrolkan tentang kisah lama perjalanan hidup kami, dan tak satupun terkait bisnis. Selepas pertemuan tersebut, saya mengunjungi kantornya yang tak jauh dari kantor saya, lalu saya lihat dari jauh kemegahan kantornya, dan lalu saya berkata dalam hati "tak seharusnya bisnis mereka redup, pasti Allah sedang mengujinya" begitu batin saya berkata. Sejenak kemudian saya duduk di depan kantornya dan memandang sekilas kantor sahabat saya ini dan lalu saya MENDOAKAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH. 

"Ya Allah, Engkau muliakan siapapun yang Engkau ingin muliakan, dan Engkau jatuhkan siapapun yang Engkau ingin jatuhkan. Ya Allah, ampuni setiap kesalahan teman hamba ini, sebesar dan seberat apapun, dan kembalikan kebahagiaan dan kejayaan usaha, bahkan kejayaan yang lebih baik dari sebelumnya, kejayaan yang Engkau berkahi dan Engkau ridai. Aamiin."

Begitu bunyi doa saya sepanjang malam di tempat yang sama selama 7 malam berturut-turut. Dan sungguh luar biasa, tak berapa lama bisnis teman saya ini kembali menemukan kejayaannya. Dan, setelah benar-benar jaya teman saya datang mengunjungi saya dan berkata, "Sejak kamu datang ke tempatku, seolah-olah aku punya semangat lagi untuk membangun usahaku lagi. Awalnya aku kira engkau mau mengejek dan menghinaku, tapi ternyata tidak demikian, bahkan engkau yang membuatku memiliki impianku lagi yang ku kira telah hilang. Terima kasih sahabat."

Hanya berdoa secara konsisten dan tanpa keinginan apapun waktu itu, hanya ingin berdoa agar sahabatku yang juga kompetitorku ini bisa maju dan jaya kembali bisnisnya, selebihnya tak ada. Dan alhamdulillah, ternyata doa yang ku panjatkan dengan penuh kesadaran dan ketulusan itu berbuah, entah bagaimana caranya, yang saya tahu bisnis teman saya tumbuh pesat. Namun yang saya rasakan lebih takjub lagi, bisnis saya yang menjadi kompetitornya juga tumbuh lebih pesat lagi, sampai melampaui harapan kami. 

Jadi, saya menyadari bahwa saat itu saya tidak sedang mendoakan usaha teman saya (saja), namun sebenarnya saya sedang mendoakan usaha saya melalui usaha teman saya, dan begitulah cara hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala memantulkan energi.


Salam,

@apriliado

Repost - 2016 | N/A

Rabu

Mlaku Mbungkuk

Anak-anak menunduk jika lewat di depan orang yang lebih tua di akhir abad ke-19

Mlaku mbungkuk disini maksudnya adalah berjalan membungkuk saat lewat di depan orang yang lebih tua. Perilaku orang Jawa seperti ini sudah ada sejak dahulu. Bertujuan untuk mengajarkan tata krama dan sopan santun kepada anak, agar menghormati orang yang lebih tua. Posisi yang dimaksudkan dengan mlaku mbungkuk, yaitu membungkukkan badan ke bawah, kemudian meletakkan satu tangan di belakang (tepat di atas pinggang), kemudian tangan yang satunya diluruskan ke bawah agak ke depan. Biasanya orang yang jalan membungkuk sambil berkata “nuwun sewu, nderek langkung." Saat berjalan dengan membungkukkan badan seperti ini, haruslah berjalan pelan-pelan, bukan malah berlari. Hal seperti itu adalah cara orang Jawa yang lebih muda dalam menghormati orang yang lebih tua, apabila hendak lewat di depannya. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar orang berjalan membungkuk ini. 

“Dalam interaksi sehari-hari di masyarakat Jawa, orang lebih muda akan selalu membungkukkan badannya ketika sedang berjalan di depan orang yang lebih tua. Etika ini bila dilihat sepintas akan terlihat sangat sepele, namun sebenarnya etika ini menggambarkan sikap tunduk atau hormat antara orang muda terhadap orang yang lebih tua. Selain itu, sikap membungkukkan badan juga menandakan bahwa orang ini menghargai dan menempatkan posisinya. (Zairul Haq, 2011:24) 

Sayangnya, anak-anak muda di Jawa zaman sekarang mulai pudar sopan santun dan tata kramanya. Sehingga membuat mereka merasa tidak perlu lagi melakukan hal-hal yang diajarkan orang tuanya sejak kecil. Di saat seperti sekarang ini, banyak anak kecil atau orang yang lebih muda, berjalan seenaknya saat lewat di depan orang yang lebih tua. Mereka merasa tidak malu atau dalam bahasa Jawa ora pekewuh. Akibat pengaruh budaya luar, akan membuat tata krama dan perilaku anak muda di Jawa menjadi berubah. 

Maka dari itu, kita harus pandai-pandai memilih kebudayaan yang masuk, dengan meniru hal baik dan membuang hal yang sekiranya tidak pantas dilakukan orang Jawa. Agar sopan santun atau etika orang Jawa tidak hilang dengan begitu saja. 


Sumber: 
Zairul Haq (Mutiara Hidup Manusia Jawa)

Minggu

Pelajaran Bisnis dari Kejatuhan Sevel dan Kaskus

Gerai Sevel di bilangan Blok M itu telah tutup. Bekas bangunan tokonya tampak jadi kumuh dan tenggelam dalam kesunyian yang pedih. Modern Group sebagai induk 7-Eleven Indonesia mengakui kerugian yang signifikan, hingga 400-an milyar. Gerai Sevel yang dulu marak dimana-mana itu satu demi satu tumbang dalam kebangkrutan dan duka yang teramat masif.

What went wrong?
Saya sendiri dulu termasuk pelanggan Sevel. Jika ada janjian konsultasi dengan klien, saya selalu berangkat dari rumah saya di Bekasi jam 5 pagi (pagi amat yak). Saya kemudian selalu milih rehat sarapan pagi di Sevel yang lokasinya terdekat dengan kantor klien; dengan menu breakfast yang lumayan premium (mahal maksudnya). Saya mungkin dulu tipe pelanggan ideal yang diimpikan Sevel. Namun kemungkinan tak banyak pembeli yang seperti saya. Yang lebih banyak adalah anak-anak muda yang beli minuman alakadarnya (murah maksudnya) dan lalu nongkrong berjam-jam di kafe Sevel. Akibatnya cukup fatal: pemasukan sedikit, sementara investasi tempat dan bahan untuk menyiapkan makanan premium telanjur amat mahal. Cost besar, pemasukan sedikit. Ujungnya kolaps.

Sevel mungkin contoh penerapan strategi produk yang stuck on the middle. Ndak jelas. Mau menghadirkan layanan premium seperti Starbucks, tidak bisa. Mau gunakan prinsip supermarket efisien seperti Indomaret, namun sudah telanjur terkesan premium produknya – karena harus menyewa lahan di lokasi strategis yang amat mahal. Harap diketahui, menyiapkan menu makanan seperti yang disediakan Sevel (spaghetti, nasi goreng instan, salad) itu mahal ongkosnya. Dan yang pahit: jika tidak laku harus dibuang. Jadi waste-nya amat sangat mahal. Celakanya, menu varian makanan premium yang bahan bakunya mahal dan harus dibuang jika tidak laku itu; tidak banyak yang beli. Kebanyakan pembeli Sevel ya itu tadi: anak-anak muda yang cuma beli makanan murah lalu nongkrong berjam-jam di lokasinya.

Kisah kejatuhan Sevel memberi pelajaran: inovasi itu penting, namun jika inovasinya salah sasaran, bisa memberikan bumerang yang high-cost. Pilihan strategi produk yang tidak pas ternyata bisa membuat sebuah bisnis terjungkal dengan penuh luka. Yang muram: rencana akuisisi Sevel oleh grup Charoen Pokphand juga batal karena ketidaksepakatan bisnis. Kabarnya, pihak pemilik Sevel pusat di luar negeri tidak setuju dengan rencana bisnis yang diajukan Pokphand.

So what’s next?
Solusinya mungkin Sevel harus back to basic (fokus jualan fast moving consumer goods, tanpa harus ribet jualan aneka minuman, kopi dan makanan layaknya kafe). Lalu hanya fokus jualan di lokasi elit dan lingkungan perumahan dan kantor yang premium. Tutup lokasi lainnya yang tidak menghasilkan. Contoh yang sukses adalah Circle-K di Bali. Anda lihat di Bali, Circle-K sukses karena dia fokus pada jualan consumer goods premium, dan di lokasi yang premium pula (dekat dengan destinasi turis-turis asing).

Jika SEVEL jatuh karena pilihan “product strategy” yang keliru, maka bagaimana dengan kisah menurunnya pamor Kaskus?

Kaskus, kita tahu pernah menjadi salah satu kanal internet paling populer di tanah air. Namun kini, perjalanannya mungkin kian termehek-mehek. Sejumlah survei menunjukkan, trafik Kaskus makin menurun dan makin ditinggalkan para usernya. Pada sisi lain, Forum Jual Beli (FJB) yang dulu sebenarnya merupakan salah satu ikon Kaskus kini kian tidak relevan (digilas oleh marketplace seperti OLX, Tokopedia dan Bukalapak). FJB Kaskus mungkin terlambat melakukan inovasi, dan terkesiap saat melihat Tokopedia dan kawan-kawan melesat cepat. Sejatinya, Kaskus dulu amat layak diharapkan bertransformasi menjadi Facebook rasa lokal atau WhatsApp rasa lokal. Dengan basis user yang masif, Kaskus dulu punya segalanya untuk menjelma menjadi Raksasa Social Media Indonesia. Sayang beribu sayang, mereka tidak cukup inovatif, sehingga kian tenggelam dilibas FB, Line, Instagram dan WA (yang semuanya adalah produk asing). Kaskus mungkin kembali menjadi korban Innovator’s Dilemma: terlalu mencintai produknya sendiri (forum diskusi); dan terlalu asyik dengan produk ini, sehingga jadi kurang sensitif dengan perubahan yang terjadi. Innovator’s Dilemma acap membuat korbannya jadi rabun: alias buta dengan aneka perubahan di sekelilingnya, dan lambat bergerak saat dinamika eksternal berubah. Nokia, Yahoo, dan BlackBerry adalah deretan korban innovator’s dilemma yang dilibas oleh disruptive change yang terjadi. Kaskus adalah contoh korban terbaru dari fenomena kelam ini. Tren penurunan trafik Kaskus ini mesti diantisipasi dengan sejumlah langkah terobosan. Sebab jika tidak, lama-lama Kaskus bisa mati seperti Friendster. Atau makin tidak relevan. Ada dua pelajaran bisnis ringkas yang layak dikenang dari kasus jatuhnya SEVEL dan tren penurunan kinerja Kaskus.

Pelajaran Bisnis # 1: High Cost Innovation will Kill You
Inovasi adalah KOENTJI. Namun jika proses ini dilakukan dengan memakan biaya yang terlalu tinggi (high cost dan tidak efisien), maka pelan-pelan akan membuat cash perusahaan menjadi berdarah-darah.

Apalagi jika proses inovasi yang mahal itu hanya laku dijual untuk sekelompok kecil pelanggan; dan tidak terjual secara masif ke semua segmen. Alhasil, inovasi yang mahal ini akan berakhir dalam kenestapaan yang sia-sia.

Pelajaran Bisnis # 2: Too Much Love will Kill You
Terlalu mencintai produk unggulan yang mungkin saat itu masih berjaya, acap membuat sebuah bisnis menjadi rabun dan tidak peka akan perubahan eksternal. Terlalu asyik dengan produk unggulannya sendiri acap membuat sebuah bisnis luput menangkap distruptive innovation yang mendadak datang menyergap. Saat sadar, biasanya sudah terlambat. Penyesalan selalu datang saat duka perih telah datang menjemput. Sebuah bisnis mungkin harus rela melakukan creative destruction. Atau dengan sengaja membunuh produknya sendiri, sebelum para rival melibasnya tanpa kenal ampun. Product life cycle makin pendek. Sebelum siklus penurunan datang, sebuah bisnis harus sudah siap dengan produk baru yang lebih relevan dengan semangat zaman.

Demikianlah sekelumit kisah tentang kejatuhan Sevel dan Kaskus, dua produk bisnis yang pada masanya pernah menjadi legenda.

Apakah mereka bisa kembali bangkit, dan menciptakan sejarah baru? Hanya putaran waktu yang akan menjawabnya.



Sumber:
http://strategimanajemen.net/2017/06/19/pelajaran-bisnis-dari-kisah-kejatuhan-sevel-dan-kaskus/

Strategi "Busuk" Politik: Play Victim




Pernah dengar Play Victim atau Playing Victim 
Mungkin jarang diketahui banyak orang kali ya? Baiklah ini adalah penjelasan sedikit tentang play victim.        

Strategi Play Victim adalah seolah-olah dirinya sebagai korban yang selalu di dzolimi, ditindas, mau dibunuh, minoritas, tidak boleh ngapa-ngapain dan membuat seakan-akan mereka orang yang paling menderita di muka bumi ini sehingga dia akan mendapat simpati orang lain yang kasihan sama dia.   

Tujuan lain Play Victim adalah mengarahkan opini orang lain agar menyalahkan seseorang atau suatu kelompok yang seakan-akan menjadi penyebab di balik semua kemalangan si tokoh victim player yang seakan-akan dia orang baik yang tertindas orang jahat.          

Licik kan? 
Ya! 
Itulah strategi busuk memanfaatkan kebodohan orang yang mau tertipu mentah-mentah isu yang menyebar. Biasanya menggunakan media sebagai alat penyebar isu ini.   

Saat orang bersimpati kepadanya, dia akan membuat pengembangan sebesar-besarnya dan sebebas-bebasnya bahkan melakukan pelanggaran hanya untuk mencapai tujuannya. Tentu saja hal ini tidak akan dicurigai oleh orang-orang yang bersimpati kepadanya, karena dia selalu dianggap orang baik yang jadi korban.         

Dalam politik dunia, cara licik ini digunakan oleh orang-orang yahudi untuk mencari simpati dunia, mereka seakan-akan tertindas dan dibantai habis sampai-sampai mau punah karena peristiwa "The Holocaust". Dunia pun bersimpati, apa yang terjadi? Justru merekalah yang melakukan penindasan di negara-negara tetangga mereka, merebut kursi-kursi pemerintahan di berbagai negara, mengeruk keuntungan dari gurita perekonomian mereka, mengendalikan politik negara lain lewat lobby-lobby mereka, mengintervensi negara lain, menjajah, dan mendapatkan sumbangan yang diperoleh dengan cara paksa (baca: merampok).             

Di kita, saat kita mendekati pemilu (Pilpres, Pilgub / Pilkada), tahukah Anda, strategi Play Victim ini juga ada yang menggunakannya untuk menjadi pemenangnya lho...      

Dia membuat seolah-olah dirinya korban, bisa korban pemerintahan masa lalu, disadap, mau dibunuh, keluarganya diancam, diskriminasi minoritas, black campaign yang menjurus SARA padanya, dan lain sebagainya.              

Dan dia tenang-tenang saja.
Loh, kok bisa? 
Bisa dong, karena dia tahu memang tim dialah pelaku penyebar isu itu!
Hehehe... :D



#RuangIhsan, edited.


Senin

Sebuah Pilihan: Ujian Masa Kini


Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua jalur kereta api (KA). Jalur yang pertama adalah jalur aktif (masih sering dilewati KA), sementara jalur kedua sudah tidak aktif. Hanya seorang anak yang bermain di jalur yang tidak aktif (tidak pernah lagi dilewati KA), sementara lainnya bermain di jalur KA yang masih aktif.

Tiba-tiba terlihat ada kereta api yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Pada saat itu, Anda berada di depan panel persimpangan yang mengatur arah KA tersebut. Apakah Anda akan memindahkan arah KA tersebut ke jalur yang sudah tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yang sedang bermain? Namun hal ini berarti Anda mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yang tidak aktif. Atau Anda akan membiarkan kereta tersebut tetap berada di jalur yang seharusnya?

Mari berhenti sejenak dan berpikir keputusan apa yang sebaiknya kita ambil. Pikirkan baik-baik jawaban Anda dan setelah yakin dengan jawaban Anda, baru teruskan membaca ke bawah.

@apriliado

Sebagian besar orang akan memilih untuk memindahkan arah kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak. Anda mungkin memiliki pilihan yang sama karena dengan menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seorang anak. Ini adalah sebuah keputusan yang rasional dan dapat disahkan baik secara moral maupun emosional. Namun, sadarkah Anda bahwa anak yang memilih untuk bermain di jalur KA yang sudah tidak aktif berada di pihak yang benar karena telah memilih untuk bermain di tempat yang aman. Disamping itu, dia harus dikorbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang bermain di tempat berbahaya.

Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari. Di kantor, di masyarakat, di dunia politik dan terutama dalam kehidupan demokrasi, pihak minoritas harus dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut. Nyawa seorang anak yang memilih untuk tidak bermain bersama teman-temannya di jalur KA yang berbahaya telah dikesampingkan. Dan bahkan mungkin kita tidak akan menyesalkan kejadian tersebut.

Seorang teman yang mem-forward cerita ini berpendapat bahwa dia tidak akan mengubah arah laju kereta karena dia percaya anak-anak yang bermain di jalur KA yang masih aktif sangat sadar bahwa jalur tersebut masih aktif. Akibatnya mereka akan segera lari ketika mendengar suara kereta mendekat. Jika arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka seorang anak yang sedang bermain di jalur tersebut pasti akan tewas karena dia tidak pernah berpikir bahwa kereta akan menuju jalur tersebut.

Disamping itu, alasan sebuah jalur KA dinonaktifkan kemungkinan karena jalur tersebut sudah tidak aman. Bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka kita telah membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam kereta dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak dengan mengorbankan seorang anak, akan mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut.

Kita harus sadar bahwa hidup ini penuh dengan keputusan sulit yang harus dibuat dan mungkin kita tidak akan menyadari bahwa sebuah keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar. Satu lagi yang perlu diingat, dalam masyarakat kita sekarang ini sesuatu yang benar tidak selalu disukai dan sesuatu yang disukai tidak selalu benar.

Salam

Sabtu

#AkuBukanJoko



Dari Twit Fahri Hamzah (Jumat malam, 28/11/2014):
 

1. Boarding #Banjarmasin..from #Yogyakarta

2. Landing banjar by LION

3. Aku ini blusukan naik klas ekonomi juga dan hanya masuk twiter...gak masuk TV dan koran...#AkuBukanJoko

4. Kalau punya pesawat dinas aku akan taruh wartawan di belakang semuanya...#AkuBukanJoko

5. Maka hidupku akan jadi cerita rakyat...heboh deh gue...#AkuBukanJoko

6. Tadi di pesawat aku nomor sepuluh...ngantri keluar dan berdesak di bus...#AkuBukanJoko

7. Harusnya kan itu juga jadi cerita ya...orang hanya tersenyum..."sendirian pak?"..#AkuBukanJoko

8. Lalu turun dan diajak pergi makan bebek...haha..harusnya menarik ya..#AkuBukanJoko

9. Ah...jangan ikut2an sinting lah...#AkuBukanJoko

10. Memanjakan diri dengan rekayasa citra ujungnya jadi bencana...#AkuBukanJoko

11. Bencana bagi diri sendiri dan bencana bagi rakyat banyak...#AkuBukanJoko

12. Kalau popularitas kita tinggi.. Lalu elektabilitas tinggi.. Apa harus jadi presiden? #AkuBukanJoko

13. Bagaimana nanti kalau kapasitas kita ternyata tidak terbukti? #AkuBukanJoko

14. Popularitas pada akhir ya palsu menipu...#AkuBukanJoko

15. Yang asli adalah kapasitas dan penyelesaian masalah..#AkuBukanJoko

16. Pada awalnya dan untuk sementara rakyat terpukau dengan popularitas #AkuBukanJoko

17. Tapi kalau tidak ada solusi dan penyelesaian masalah maka makian akan datang..#AkuBukanJoko

18. Itu yang mengerikan dari permainan demokrasi: karena wibawa pemimpin seperti harga saham. #AkuBukanJoko

19. Wibawa pemerintah diperlakukan seperti perjudian...#AkuBukanJoko

20. Tapi tentu ada yang asli dan ada yang palsu...#AkuBukanJoko

21. Sepertinya aku merasa bahwa akan ada masanya keaslian bertahan...#AkuBukanJoko

22. Pemimpin hanya perlu menjaga agar topengnya jangan kebanyakan...#AkuBukanJoko

23. Maksudnya.. Kita harus tahu batas... Orang yg mengerti batasnya akan selamat... #AkuBukanJoko

24. Kalau kita orang lapangan beneran yang streetsmart maka kita bisa sejak awal mengimajinasi masalah #AkuBukanJoko

25. Maka jabatan tidak perlu dikejar...apalagi dengan alasan "rakyat yg minta". #AkuBukanJoko

26. Rakyat tidak minta kita menjabat tapi rakyat minta kita selesaikan masalah mereka. #AkuBukanJoko

27. Jangan waktu mau jabatan bilang "rakyat yg minta" waktu menjabat bilang "rakyat boros subsidi". #AkuBukanJoko

28. Ini bukan provokasi.. Ini soal publik dan pemimpinnya.. #AkuBukanJoko

29. Demokrasi kita tentu akan semakin matang.. Demokrasi kita akan menjadi harapan..#AkuBukanJoko

30. Suka atau tidak hari ini demokrasi kita masih banyak tipuan...#AkuBukanJoko

31. Selamat malam Borneo.... Aku datang untukmu... #AkuBukanJoko

Rabu

Ultah ke-63, Tim CRW Kopassus Pecahkan Rekor





Dalam perjalanan selama 63 tahun Kopassus telah mengukir sejumlah prestasi. Yang terbaru adalah tim terjun payung Kopassus memecahkan rekor Canopy Relative Work (CRW) kerjasama di udara formasi 18 susun tegak pada 14 April 2015 yang dipimpin oleh Lettu Inf Petrus Paramayudho Prabowo, yang tergabung dalam Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat (PTPAD).

Demikian amanat Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo pada upacara memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-63 Korps Baret Merah yang dilaksanakan secara sederhana dengan tidak mengurangi arti dan makna peringatan, Kamis (16/4/2015) di lapangan upacara Makopassus Jakarta Timur.

Selanjutnya, upacara dilaksanakan secara terpisah dengan acara syukuran pada Rabu (29/4/2015) mendatang, karena pada saat bersamaan sedang berlangsung peringatan Konferensi Asia Afrika yang juga membutuhkan keterlibatan Kopassus, khususnya di bidang pengamanan.

Peringatan HUT ke-63 Korps Baret Merah pada tahun ini sedikit berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Yaitu mengumpulkan kembali para keluarga besar Korps Baret Merah sesuai dengan tema yang diusung “Silaturahmi Korps Baret Merah dalam rangka mengoptimalkan nilai-nilai kejuangan”.

“Kopassus tidak mungkin ada hari ini tanpa adanya dukungan dan semangat juang yang telah dilakukan oleh para pendahulunya,” kata Danjen Kopassus.

Sebelum mengakhiri amanatnya Danjen Kopassus menekankan untuk meningkatkan kualitas profesionalisme dan kualitas pengabdian untuk bangsa dan negara demi tegak dan kokohnya TNI sebagai tulang punggung negara. Civis pacem para bellum, bila ingin damai harus siap perang, oleh karenanya berlatihlah setiap saat tanpa henti dalam keadaan apapun dan bagaimanapun serta siap memenuhi panggilan ibu pertiwi. @sita


Autentikasi
Mayor Inf Achmad Munir 





Source: http://www.lensaindonesia.com/2015/04/17/ultah-ke-63-tim-crw-kopassus-pecahkan-rekor.html

Sudut Pandang "GEJE" Menteri Keuangan RI





Nggak habis pikir saya baca berita ini. Menteri Keuangan kok bicara pelemahan mata uang negaranya sendiri pake sudut pandang pedagang valas?

"Dolar Tembus Rp13.000 Bikin Pemerintah Untung, Ini Sebabnya"
(Detikcom: http://finance.detik.com/read/2015/03/10/144756/2854575/4/dolar-tembus-rp-13000-bikin-pemerintah-untung-ini-sebabnya)

 

Bambang menyebut pemerintah justru untung dari setiap pelemahan rupiah. Setiap pelemahan rupiah Rp100/US$ bisa menyebabkan surplus anggaran negara sebesar Rp2,3 triliun.

"Kita alami surplus Rp2,3 triliun setiap pelemahan kurs Rp100/US$. Tapi jangan dibilang pemerintah cari untung," ujarnya.


Setiap kali rupiah melemah, lanjut Bambang, maka penerimaan negara dari migas atau pertambangan yang dalam bentuk dolar AS akan naik ketika dikonversikan ke rupiah.

Hancur benar kita dengan cara pandang seperti ini.


Seberapa pun Dollar yang kita terima sebagai buah usaha Negara, itu tidak serta merta menjadi surplus jika dirupiahkan. Mengapa?


Sederhana jawabannya: karena duit jenis ini tidak bisa dikonversi. Duit itu tetap akan disebut Dollar. Bukan Rupiah. Dan nilainya tetap sama, tidak mengalami perubahan sepeser pun. Bingung?


Begini. Pemerintah adalah "bendahara" dari semua uang yang dimiliki Negara. Baik itu dalam bentuk Rupiah, Dollar, Ringgit, Riyal, Yen, Euro, Poundsterling, dll... Termasuk di dalamnya semua uang yang dipegang rakyat dan perusahaan swasta dalam negeri.


Jika Pemerintah menerima buah usaha dalam bentuk Dollar, ambil contoh menerima 100 juta Dollar bersih, maka nilai itu tetap harus disebut 100 juta Dollar, bukan 100 juta dikalikan nilai kurs saat itu. Salah kalau di-rupiah-kan. Mengapa?


Kalau tahun lalu kurs (misalnya) 11 ribu rupiah per 1 Dollar, lalu tahun ini menjadi 12 ribu, maka duit 100 juta Dollar tahun lalu bernilai 1,1 Trilyun dan duit 100 juta Dollar tahun ini bernilai 1,2 Trilyun. Ada selisih 100 juta rupiah... Ya, ada selisih 100 JUTA RUPIAH. Duit selisih ini dari mana??? Sekonyong-konyong turun dari langit??? Enggak!!! Itu duit dari kantong sebelah! Dari kantong sendiri. Alias, itu hanya sekedar perhitungan bahwa ada selisih nilai sebesar 100 juta rupiah. Duitnya sendiri sebenarnya tidak ada.


Jadi, kuncinya adalah: Kalau berdiri sebagai Negara, kita tidak bisa menganggap ada untung atas penerimaan dalam bentuk Dollar (dan mata uang asing lainnya), jika uang tersebut dikonversi ke mata uang kita. Karena, fisik uang rupiah dalam sistem keuangan Negara tidak bertambah sama sekali.


Kecuali kalau kita berdiri sebagai pemain valuta asing. Setiap selisih naik adalah surplus. Kalau sebagai Negara, setiap selisih bukanlah surplus.


Beda halnya kalau Negara mengikat transaksinya dengan pihak asing dalam bentuk Rupiah. Setiap ada penerimaan (dari luar), berarti uang Negara bertambah banyak. Jika pihak asing kesulitan mendapatkan fisik rupiah, Negara bisa mencetaknya. Kalau dalam bentuk Dollar, itu harus tetap dipandang sebagai Dollar. Tidak bisa serta merta langsung di konversi ke dalam Rupiah. Lalu, kita menganggap ada surplus hanya karena adanya selisih kurs. Besok-besok Dollar melemah, gigit jari kite.



~ Canny Watae